Kerendahan Hati

Pada tahun1134, Renzong, Kaisar Tiongkok, mengirim seorang kurir istana menyampaikan surat kepada Acarya Chan Yuanthong Na, memintanya datang untuk menjadi kepala vihara besar Xiaozi. Yuanthong menyatakan dirinya tidak sehat dan memenuhi panggilan itu; sebaliknya ia mengirim pesan bahwa Dajiao pantas memenuhi panggilan kerajaan tersebut.

Seseorang berkata padanya, " Kaisar menunjukkan rasa hormat kepada nilai-nilai pencerahan, dan kemurahan hatinya memenuhi seluruh hamparan daratan yang indah. Mengapa Anda dengan teguh menolak ?"

Yuanthong berkata, "Aku tidak pantas menjadi bhiksu, penglihatan dan pendengarankupun tidak jelas. Aku telah cukup beruntung dapat tinggal di hutan, makan sayuraan dan minum air. Ada hal-hal yang tidak dilakukan oleh para Buddha sekalipun, apalagi orang lain.

Seorang filsuf jaman dahulu memiliki pepatah seperti ini, "Sukar adanya hidup berlama-lama dengan nama besar". Aku merasa cukup dengan hidup sehari-hari ini, tidak memusingkan nama baik dan laba. Jika tekanan seperti itu membebani pikiranmu, kapan engkau akan merasa puas?

Oleh karena itu, penyair besar Su Shi, suatu kali berkata, "Jika engkau tahu arti damai, engkau tumbuh. Jika engkau tahu arti cukup, engkau kaya."

Menghindari kemasyhuran, menyempurnakan kerendahan hati dan integritas, bajik dari awal hingga akhir - semua disadari dalam diri seorang Yuanthong Na.

No comments:

Post a Comment